Dirjen Bina Adwil: Wujudkan Kabupaten/Kota Sehat, Think Globally Act Locally

Dirjen Bina Adwil: Wujudkan Kabupaten/Kota Sehat, Think Globally Act Locally

SHARE

Semarang -

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan tentang pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan Indonesia dalam sambutannya pada pembukaan Healthy Cities Summit 2022. 

Ma'ruf menyebutkan bahwa menurut data BPS, pada 2020 terdapat 56,7% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan, dan jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat secara signifikan. 

"Angka itu akan meningkat jadi 66,6 persen pada tahun 2035," tutur Ma'ruf melalui video conference pada Senin (28/03/2022). 

Sementara menurut perkiraan Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan tersebut akan melonjak hingga melebihi 200 juta jiwa. 

"Bank Dunia memperkirakan 220 juta penduduk akan tinggal di perkotaan di tahun 2045. Maka membangun kota sehat jadi keharusan," tambah Ma'ruf. 

Dengan prediksi besaran populasi penduduk di wilayah perkotaan Indonesia itu, konsep kota sehat wajib dilakukan. 

Konsep Kota Sehat yang telah dikenalkan WHO sejak dekade 1980-an, bukan hanya bertumpu pada pembangunan infrastruktur melainkan juga pada aspek ekonomi, budaya, sosial, dan kemanusiaan. 

"Namun, saya perlu mengingatkan bahwa kota sehat tidak semata-mata didefinisikan oleh status, tetapi justru dari kesadaran dan upaya terus-menerus untuk meningkatkan berbagai tatanan kesehatan kota. Mulai dari kawasan permukiman, sarana dan prasarana umum, hingga tatanan kehidupan masyarakat sehat dan mandiri, ketahanan pangan dan gizi, serta kehidupan sosial yang sehat," terang Ma’ruf lebih lanjut. 

Indonesia sebagai negara terpadat keempat di dunia dan ekonomi terbesar ke-10 di dunia dalam hal keseimbangan daya beli menurut Bank Dunia, perlu mempersiapkan kelayakan hidup di wilayah perkotaannya. 

"Kita pun tidak ingin tertinggal untuk mewujudkan kota sehat melalui program Kabupaten dan Kota Sehat, yaitu dengan parameter kabupaten dan kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni warganya, sebagaimana pedoman yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri sejak 2005," pesan Ma’ruf.

Healthy Cities Summit 2022 yang digelar di Hotel Patra Semarang hingga Rabu (30/03/2022) ini, juga dihadiri Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri Safrizal ZA, yang menyampaikan pidato kunci mewakili Mendagri.

Dalam sambutannya secara daring Safrizal memberikan apresiasi kepada Kota Semarang yang secara konsisten telah meraih Juara 2 Anugerah Swasti Saba selama 3 kali berurut-turut pada tahun 2017, 2019 dan 2021. 

“Kiranya tepat hari ini pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di Semarang, agar kita juga bisa belajar di Semarang seperti apa strateginya sehingga bisa memperoleh Anugerah Swasti Saba 3 kali berturut-turut, dan menjadi trigger bagi kabupaten/kota yang lain untuk ikut juga memperoleh penganugerahan yang sama di masa depan”, ujar Safrizal. 

Lebih lanjut dalam paparannya, Safrizal menyampaikan beberapa hal yang menjadi penekanan pada Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat (KKS) dalam Meningkatkan Capaian Indikator Pembangunan di Daerah. 

Yang pertama, Standar Teknis SPM (Standar Pelayanan Minimal) 2021 ditujukan untuk pencapaian 100% dari Target dan Indikator Kinerja SPM di setiap tahun, oleh karena itu pemerintah daerah harus menyiapkan skema kebijakan hulu-hilir yang tepat dengan kolaborasi pada sektor lain. 

Kolaborasi penting karena KKS tidak bisa diwujudkan secara sektoral, namun harus melalui pendekatan multisektoral yang melibatkan seluruh stakeholder baik pemerintah maupun non pemerintah, termasuk pelibatan masyarakat secara luas. 

Kemudian pengalokasian anggaran kesehatan minimal 10% dari APBD di luar gaji atau disebut mandatory spending, harus selalu menjadi pedoman berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 

Selanjutnya belajar dari Pandemi Covid-19, terungkap bahwa kepemimpinan daerah memiliki arti penting dan stratejik dalam menciptakan KKS.

Leadership yang kuat dengan bantuan para ahli, terbukti berhasil menentukan keberlangsungan tata kelola kesehatan melalui cara pandang “Think Globally but Act Locally”.

“Walaupun kerjanya kerja lokal namun ini semua dalam rangka mencapai kesehatan global yang lebih besar, think globally but act locally,” tutup Safrizal.