Percepatan Vaksinasi Dirjen Bina Adwil Ajak Forkompimda All Out
Jakarta,
Dirjen Bina Adwil Kemendagri, Safrizal ZA, hadir dalam Rapat Koordinasi yang bertema 'Evaluasi Vaksinasi 2021 dan Persiapan Vaksinasi 2022' di Jakarta, Kamis (28/10/2021).
Hadir juga dalam acara sejumlah pejabat dari kementerian dan lembaga terkait, diantaranya: Kementerian Kesehatan, Kementerian Kominfo, BKKBN, John Hopskin University, Kasatgas Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi, UNDP dan PCare BPJS.
Dalam rapat tersebut, disampaikan bahwa vaksin bukan hanya soal suntik menyuntik, melainkan ada persoalan antropologi, psikologi, media dan politik.
Sehingga, didapati sejumlah permasalahan dalam proses vaksinasi di lapangan, diantaranya: pertama, ditemukan adanya beberapa daerah yang masih lambat dalam pelaksanaan vaksinasi masayarkat.
Kedua, adanya keraguan terhadap kehalalan produk vaksin. Sehingga, image terkait 'vaksin halal' begitu kuat dan membuat masyarakat urung ikut serta dalam vaksinasi Covid-19.
Ketiga, adanya keterbatasan wawasan seputar informasi vaksin yang membuat masyarakat cenderung mudah terpengaruh oleh berbagai informasi bohong atau hoaks dalam program vaksinasi.
Lalu permasalah keempat, lambatnya cakupan vaksinasi pada kelompok sasaran lanjut usia (lansia) di Indonesia. Hal ini berdasarkan survey John Hopkins University, di mana sebanyak 53 persen lansia tidak mau menerima vaksinasi, karena ketakutan akan efek sampingnya. Khususnya, pemahaman penyakit penyerta atau komorbid yang tidak boleh divaksin.
Untuk itu, Dirjen Bina Adwil Kemendagri, Safrizal ZA menyampaikan rencana aksi termasuk strategi komunikasi baik secara generic/public maupun spesifik/targeted group yang dijalankan dalam bingkai kewilayahan.
"Vaksinasi memiliki peran penting dalam penanganan pandami," tegas Safrizal yang juga Wakil Ketua Satgas Nasional Penanganan Covid-19.
Adapun strategi komunikasi publik meliputi media blasting terkait program vaksinasi di platform media sosial, termasuk WhatsApp. Sedangkan, strategi komunikasi spesifik sesuai dengan karakteristik kewilayahan masing-masing dengan memanfaatkan pendekatan budaya, agama, maupun organisasi.
Keberhasilan program vaksinasi, kata Safrizal, dipengaruhi juga oleh pendekatan yang digunakan, baik secara teknis maupun non-teknis.
Dari segi pendekatan teknis, hal yang perlu diperhatikan meliputi distribusi vaksin berdasarkan daerah/kelompok prioritas, jenis vaksin dan tempat penyimpanan vaksin, termasuk ketersediaan vaksin.
Sedangkan, dari sisi pendekatan non-teknis meliputi kultur, hoax, agama dan sosiologi/antropologi masyarakat yang juga turut mempengaruhi dalam implementasi kebijakan vaksinasi.
Ia berpesan agar seluruh elemen mulai dari Kepala Daerah, Forum Komunikasi Wakil Kepala Daerah (Forkopimda), TP PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat dapat “All Out” dalam rencana aksi ini. Bahkan sebelum memasuki tahun 2022, sehingga target vaksinasi dengan realisasi sampai akhir tahun 2021, dapat mencapai 70 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.